MOTO

Ada Pepatah bahwa Kalau kita ingin selalu ingat maka kita harus selalu melihat dan mendengar, tetapi untuk melihat dan mendengar tidaklah gampang kecuali orang-orang yang mengetahui tip untuk melihat dan mendengar. Oleh karena menjadi pribadi yang baik manakala baik dalam melihat mendengar melihat dan mendengar hanya sepotong-sepotong akan membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Rabu, 08 Februari 2012

Membangun Mentalitas Kewirausahaan

MEMBANGUN MENTALITSAS KEWIRAUSAHAAN

Jumadi, SE, MM
Staf Pengajar
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Widya Mataram Yogyakarta

A.     Pengantar
Sejak Krisis moneter tahn 1998 sampai dengan tahun 2008 Kondisi negara kita di berbagai bidang tidak menunjukkan perubahan berarti. Kebijakan pemerintah masih simpang siur, hukum semakin tidak jelas, dan kondisi sosial kian tidak menentu.  Di bidang ekonomi, tidak ada perubahan kearah yang lebih baik. PHK tetap berlangsung karena banyak wirausahawan tidak lagi berminat memulai atau mengembangkan usahanya dan para investor asing sudah banyak yang memutuskan untuk memindahkan usahanya ke negara lain yang lebih menjanjikan.Penduduk Indonesia dengan usia produktif tidak bisa begitu saja menganggur. Hidup tetap harus berjalan dan penghasilan tetap mesti dicari untuk menutupi biaya hidup yang kian mahal.  Berbagai ide bisnis bermunculan dan di diskusikan dalam berbagai pertemuan baik formal maupun informal.  Sebagian ide tersebut memang hanya merupakan “mimpi yang indah” tetapi sebagian lagi ditanggapi dengan antusiasme yang tinggi. Dari hal ini terlihat bahwa masyarakat kita justru merasa terpacu ketika dihadapkan pada suatu krisis yang berkepanjangan. Kendala yang ada sekarang adalah , bagaimanakah mewujudkan jutaan mimpi indah itu menjadi kenyataan? Apa saja faktor-faktor psikologis yang harus dimiliki sang wirausaha sehingga dapat mewujudkan mimpi indahnya tersebut? Materi pelatihan di buat dengan harapan dapat menjadi inspirasi  bagi para pemilik mimpi indah (kelompok tani Sumber Rejeki) supaya dapat mempersiapkan diri dalam usaha mereka membuat mimpi itu menjadi kenyataan.
B. Istilah dan ciri  Kewirausahaan
Ada beberapa istilah kewirausahan yang di pahami oleh masyarakat umum beberapa istilah tersebut antaralain:
1.   Kemampuan mengambil faktor-faktor produksi dan menggunakannya untuk membuat barang dan jasa, untuk memasuki peluang yang tidak terikat oleh eksekutif bisnis lain.
2. Kemampuan melihat kebutuhan sebagai peluang untuk memenuhi permintaan tersebut . Industri pariwisata membutuhkan barang butuh souvenir, barang souvenir butuh bahan baku, tenaga kerja.  Contoh Kebutuhan hari rayaakan  memunculkan permintaan kartu ucapan.
3.    Mencakup upaya mengawali perubahan dalam produksi, sampai muncul kembali awal perubahan baru (perubahan organisasi).
4.  Kewirausahaan selalu mencari perubahan, menanggapi perubahan dan memanfaatkannya sebagai peluang 
5. Suatu peluang, misalnya ditemukan teknologi pembuatan mobil baru, perusahaan lain dapat memproduksi dan  melakukan manajemen efektif dalam pembagian tugas.
6.  Kewirausahaan jiwa seseorang yang ingin selalu kreatif inovatif berani mengambil keputusan yang beresiko dengan didasari oleh perhitungan yang matang. (Jumadi,  2001).
Ciri watak seorang wirausaha merupakan pengambaran suatu prilaku atau tindakan yang dilakukan oleh seorang wirausahan ciri dan watak tersebut yang dapat dilihat talam tabel berikut (Geoffrey 1996):

·         Ciri
·         Watak
·         Percaya diri

·         Berorientasi pada tugas dan hasil

·       Pengambilan resiko

·         Kepemimpinan

·         Keorisinilan

·         Berorientasi ke masa depan
·  Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas dan optimisme
·         Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan, ketabahan, tekat kerja keras punya dorongan yang kuat
·         Kemampuan mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan
·         Prilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain menanggapi kritik dan saran
·         Inovatif dan kreatif serta fleksibel
·         Pandangan kedepan, perspektif

Proses kewirausahaan seseorang dari penanaman nilai-nilai kewirausahaan didalam diri seseorang. Nilai kewirausahaan akan muncul dalam bentuk komintmen, resiko yang moderat, peluang, objektif, umpan balik, optimisme, uang, proaktif dalam manajemen. Apabila nilai nilai tersebut muncul makan akam mencirikan ciri wirausaha berhasil, Yaitu wirausahan memiliki visi dan tujuan, berani menanggung resiko, berencana, kerja keras, familiar, bertanggung jawab atas kegagalan dan keberhasilan. Keberhasilan soeorang wirausaha akan tergantung pada kepribadian wirausaha itu sendiri yaitu terletak pada kepercayaan diri, kemampuan mengorganisir, kreativitas, dan suka tantangan
C. Orientasi Model Wirausaha
Model Kewirusahaan dapat di gambarkan dengan menggunkan empat kuadaran yang menjukkan aliran dalam melakukan aktivtasnya. Dalam bagan tersebut di bawah ini dapat dilihat bahwa dalam wira usaha ada empat system yang di anut oleh wirausaha antara lain adalah (Sujuti, 1997):
Pertama Orentasi kemajuan yaitu kegiatan yang meliputi: tanggung jawab, kreativitas, ilmu, sikap positif, pelatihan dan pelayanan
Kedua  Orentasi Materi yaitu kegiatan yang meliputi: pengambilan resiko, tehnologi keuntungan materi
Ketiga Orentasi Totok yaitu kegiatan yang meliputi: perhitungan kira-kira,  resiko, Pelaris dan menghadap kemana
Keempat Orentasi Non Materi yaitu kegiatan yang meliputi: pengalaman, perhitungan mistik, etnocentrisme dan tatacara leluhur.
D. Prosess Munculnya Kewriausahaan
1. Proses alur pikir  kewirausahaan
Pada dasarnya untuk menjadi aktivitas yang berkewirausahaan harus di mulai dengan mengembangkan serangkaian akktivitas yang kreatif yaitu aktivitas yang lain dari pada aktivitas orang lain, dengan demikian maka akan selalu di munculkan pemikiran-pemikaran baru. Setelah pemikiran baru muncul di sini akan tumbuh yang namanya inovasi yaitu menemukan hal yang baru dengan hal baru ini di harapakan ada nilai tambah baru sehingga ada nilai baru.
2.      Proses terbentuknya  menjadi Wirausaha
Untuk menjadi wirausaha memerlukan serangkaian kegiatan sehingga aktivitas brusaha itu benar-benar tercapai d awali dengan penanaman sikap mental Entrepeneurship yaitu sikap mental yang kreatif inovatif berani mengambi kputusan yang beresiko dengan di perhitungan yang matang, setelah sikap mental tersebut tertanam barulah orang melakukan aktivitasnya yaitu berwira usaha. Orang yang melakukan aktivitas ber wirausaha inilah yang di sebut dengan wirausaha.
3.      Model Analisis Diri Wirausaha
Sementara itu Keberhasilan seorang wirausaha tergantung dirinya dalam melakukan analisis potensi dirinya ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan wirausaha. Faktor kegagalan dapat berasal dari dalam maupun dari luar sedangkan faktir keberhasilan juga dapat berasal dari dlam maupun dari luar. Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat di pengaruhi oleh  berbagai faktot baik faktor internal maupun faktor eksternal Untuk dapat suksu seorang wira usaha harus dapat mengetahui kemampuannya, kelemahan (fator internal) dan peluang serta kesempatan (faktor eksternal) kedua faktor ini jika di kelola dengan baik maka wirausaha akan menjadi sukses.(Sujuti,1997). Sedangkan menurut (Schumpeter, 1934) Wirausaha adalah inovator dalam mengkombinasikan sumber-sumberbahan baru, metode produksi baru, akses pasar baru dan pangsa pasar baru. Pendapat lainnya adalah (Ibnu Sujono, 1993) prilaku kreatf dan inovatif tersebut dinamakan entrepreeural action yang ciri-cirinya adalah mengamankan investasnya trhada resiko, mandiri, brekrasi menciptakan nilai tambah, selalu mencari peluang dan berorientasi masa depan.
4.      Model Proses Kewirausahaan
Model proses kewirausahaan tidak hanya serta merta muncul dari diri seseorang, akan tetapi akan di pengaruhi oleh beberapa paktor berikut ini yatu: Faktor pribadi, faktor sosilogi, faktor organisasi, faktor lingkungan dan faktor kompetensi diri. Tantangan SDM Kewirausahaan
Seorang wirausaha tidak akan hanya berjalan dengan mulus dalam melakukan kegiatannya di hadapannya akan di jumpai tantangan yang menghadang, beberapa tantangan tersebut antara lain: Tantangan persaingan global, tantangan pertumbuhan penduduk, tantangan keragaman angkatan kerja, tantangan kecenderungan gaya hidup, tantangan kemajuan tehnologi, tantangan tanggungjawab (profesionalisme) serta tantangan terhadap pengangguran.
5.   Kompetensi Wirausaha
Keberhasilan wirausaha tidak hanya di pengaruhi oleh keberanian dalam mengambil setiap resiko atu keahlian saja akan tetapi harus di kombinasikan dengan kempuan secara intelektual, oleh karena itu seorang wirausaha harus juga mempunyai kemampuan intelektual untuk membentuk kompetensi dirinya. Ada slogan yang sudah familier di hadapan kita yaitu (Jumadi, 2005) berbunyi TIME IS MONEY, sebenarnya slogan ini adalah slogan yang menyesatkan bagi peserta didik logika dalam slogan ini adalah waktu adalah uang sehingga sehingga slogan ini menjadi slogan yang sangat instan yang berdampak terhadap prilaku jalan pintas (short cut). Seharusnya slogan tersebut dirubah menjadi TIME IS KNOWLEDGE, KNOWLEDGE IS POWER, DAN POWER IS MONEY, logika slogan tersebut adalah waktu adalah ilmu artinya waktu harus digunakan untuk belajar, baru kemudian ilmu adalah kekuatan artinya supaya menjadi orang atau bangsa yang kuat maka harus berilmu, sehingga dengan kekuatan ilmu tersebut maka akan mendatangkan uang. Hal ini kalau saya simpulkan maka untuk mendapatkan uanga maka kita harus menjadi kuat, untuk menjadi kuat kita harus berilmu dan untuk berilmu kita harus belajar dan belajar itu membutuhkan Waktu. Oleh karena itu jangan heran ketika bangsa ini menjadi bangsa yang lemah karena bangsa ini kurang memanfaatkan waktu untuk mencari ilmu, maka untuk mmbetuk kompentensi ini intinya adalah kita harus mempunyai ilmu (intelektual) yanga akan di gabungkan dengan keahlian yang dimiliki.  Sementara menurut (Michael Harris, 2000) kompetisi adalah ”...are underlying bodies of knowledger, abilities, experiencies, and ather requrement neccessary to successfully perform the job.
E.  Manfaat Kewirausahaan
Ada 4 macam manfaat sosial dalam pengembangan kewirausahaan antara lain adalah sebagai berikut:
a.      Memperkuat pertumbuhan ekonomi, perhatian yang semakin besar terhadap industri kecil atau pengusaha baru, karena industri kecil dan pengusaha baru dapat menyediakan pekerjaan baru yang banyak sehingga menyerap tenaga kerja, menciptakan pendapatan meningkatkan daya beli dan akhirnya memperkuat pertumbuhan ekonomi.
b.      Meningkatkan produktivitas, Produktivitas adalah kemampuan menghasilkan lebih banyak barang atau jasa dengan input dan tenaga kerja lebih sedikit. Dengan kealhiah dan kemapuan yang di miliki maka seorang wirausaha akan mendaatkan tingkat produktivitas yang tinggi.
c.       Mengembangkan teknologi, produk dan jasa (innovatif): kewirausahaan juga akan memunculkan tehnoog baru untuk menghasilkan produknya sebagai contoh dengan adanya krisis yang berkepanjangan ini banyak insan wira usaha yang dapat menciptakan tehnologi atau energi baru yang inovatif, di Yogyakarta di temukannya energi ramah lingkungan pengganti bensin, di Malang di temukan energi yang berbahan dasar limbah buah dan lain-lain.
d.      Perubahan Pasar: Yoygaya karta sebagai Kota pelajar memberikan peluang adanya perubahan pasar untuk menunjang kota pelajar sehingga banyak pengusha  di Yogyajarta membuka  bimbingan test sebagai salah satu pasar baru.
F. Beberapa Alternatif  Menjadi Wirausaha
Ada beberapa alternatif dalam menjadi wirausaha diantaranya adalah (Jumadi, 2006)
1.      Menjadi wirausahawan mandiri, Menjadi seorang wirausahawan mandiri, berbagai jenis modal mesti dimiliki. Ada 3 jenis modal utama yang menjadi syarat: (1) sumber daya internal yang merupakan bagian dari pribadi calon wirausahawan misalnya kepintaran, ketrampilan, kemampuan menganalisa dan menghitung risiko, keberanian atau visi jauh ke depan.  (2) sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha dan modal kerja, social network dan jalur demand/supply, dan lain sebagainya. (3) faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan. Seorang calon usahawan harus menghitung dengan seksama apakah ke-3 sumber daya ini ia miliki sebagai modal. Jika faktor-faktor itu dimilikinya, maka ia akan merasa optimis dan keputusan untuk membuat mimpi itu menjadi tunas-tunas kenyataan sebagai wirausahawan mandiri boleh mulai dipertimbangkan
2.      Mencari mitra dengan “mimpi” serupa, Apabila ada 1 atau 2 jenis sumber daya tidak dimiliki, seorang calon wirausahawan bisa mencari partner/rekanan untuk membuat mimpi-mimpi itu jadi kenyataan.  Rekanan yang ideal adalah rekanan yang memiliki sumber daya yang tidak dimilikinya sendiri sehingga ada keseimbangan “modal/sumber daya” di antara mereka. Umumnya kerabat dan teman dekatlah yang dijadikan prospective partner yang utama sebelum mempertimbangkan pihak lainnya, seperti beberapa jenis institusi finansial diantaranya bank.Pilihan terhadap  jenis mitra memiliki resiko tersendiri. Resiko terbesar yang harus dihadapi ketika berpartner dengan teman dekat adalah dipertaruhkannya persahabatan demi bisnis. Tidak sedikit keputusan bisnis mesti dibuat dengan profesionalisme tinggi dan menyebabkan persahabatan menjadi retak atau bahkan rusak. Jenis mitra bisnis lainnya adalah anggota keluarga; risiko yang dihadapi tidak banyak berbeda dengan teman dekat. Namun, bukan berarti bermitra dengan mereka tidak dapat dilakukan. Satu hal yang penting adalah memperhitungkan dan membicarakan semua risiko secara terbuka sebelum kerjasama bisnis dimulai sehingga jika konflik tidak dapat dihindarkan, maka sudah terbayang bagaimana cara menyelesaikannya sejak dini sebelum merusak bisnis itu sendiri. Mitra bisnis lain yang lebih netral adalah bank atau institusi keuangan lainnya terutama jika modal menjadi masalah utama. Pinjaman pada bank dinilai lebih aman karena bank bisa membantu kita melihat secara makro apakah bisnis kita itu akan mengalami hambatan. Bank yang baik wajib melakukan inspeksi dan memeriksa studi kelayakan (feasibility study) yang kita ajukan. Penolakan dari bank dengan alasan “tidak feasible” bisa merupakan feedback yang baik, apalagi jika kita bisa mendiskusikan dengan bagian kredit bank mengenai elemen apa saja yang dinilai “tidak feasible”.  Bank juga bisa membantu kita untuk memantau kegiatan usaha setiap tahun dan jika memang ada kesulitan di dalam perusahaan, bank akan mempertimbangkan untuk tidak meneruskan pinjamannya. Ini merupakan “warning” dan kontrol yang bisa menyadarkan kita untuk segera berbenah.  Wirausahawan yang “memaksakan” bank untuk memberi pinjaman tanpa studi kelayakan yang obyektif dan benar akhirnya sering mengalami masalah yang lebih parah.  Agunan (jaminan) disita, perusahaan tidak jalan, dan hilanglah harapan untuk membuat mimpi indah menjadi kenyataan.  Kejadian seperti ini sudah sangat sering terjadi, dalam skala kecil maupun skala nasional. Pinjaman seringkali melanggar perhitungan normal yang semestinya diterapkan oleh bank sehingga ketika situasi ekonomi tidak mendukung, sendi perekonomian mikro dan makro pun turut terbawa jatuh.
3.      Menjual mimpi itu kepada wirausawahan lain (pemilik modal), Apabila teman atau kerabat yang bisa diajak bekerjasama tidak tersedia (entah karena kita lebih menghargai hubungan kekerabatan atau persahabatan atau karena memang mereka tidak dalam posisi untuk membantu) dan tidak ada agunan yang bisa dijadikan jaminan untuk memulai usaha anda, ada cara lain yang lebih drastis, yaitu menjual ide atau mimpi indah itu kepada pemilik modal.  Kesepakatan mengenai bagaimana bentuk kerjasama bisa di lakukan antara si pemilik modal dan penjual ide.  Bisa saja pemilik modal yang memodali dan penjual ide yang menjalankan usaha itu, bisa juga penjual ide hanya menjual idenya dan tidak lagi terlibat dalam usaha itu.  Jalan ini biasanya diambil sesudah cara lainnya tidak lagi memungkinkan sedangkan ide yang kita miliki memang sangat layak diperhitungkan.
G. Faktor Kesuksesan Wirausaha
Selain faktor kebiasaan masih banyak faktor lain yang turut menentukan apakah seseorang bisa menjadi seorang wirausahawan yang sukses diantaranya adalah:
1.      Kreatif dan Inovatif, Ciri Seorang wirausahawan umumnya memiliki daya kreasi dan inovasi yang lebih dari non-wirausahawan.  Hal-hal yang belum terpikirkan oleh orang lain sudah terpikirkan olehnya dan dia mampu membuat hasil inovasinya itu menjadi “demand. Nilai kreatif dan inovatif merupakan unsur-unsur keorisinailan seseorang yang Wirausahanya yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan cara-cara baru yang lebih baik (Yuyun W, 1994) dengan bercirikan: Tidak pernah puas dengan cara-cara yang di lakukan saat ini, selalu mnggunakan imajinasi dalam melakukan pekerjaanya, selalu ingin tampil beda atau selalu memanfaatkan perbedaan.
2.     Confident, Tegar dan Ulet, Kepercayaan merupkan suatu panduan skap dan keyakinan sesorang dalam menghadapi tugas dan pekerjaan (Soesarsono Wijandi1988). Sedangkan menurut (Ziemerer, 1996) orang yang mempunyai kepercayaan akan cenderung memiliki keyakinan untuk mencapai keberhasilan. Wirausahawan yang berhasil umumnya memiliki rasa percaya diri yang tinggi, tegar dan sangat ulet. Ia tidak mudah putus asa, bahkan mungkin tidak pernah putus asa.  Masalah akan dihadapinya dan bukan dihindari.  Jika ia membuat salah perhitungan, saat ia sadar akan kesalahannya, ia secara otomatis juga memikirkan cara untuk membayar kesalahan itu atau membuatnya menjadi keuntungan. Ia tidak akan berhenti memikirkan jalan keluar walaupun bagi orang lain, jalan keluar sudah buntu. Kegagalan akan dibuatnya menjadi pelajaran dan pengalaman yang mahal.  Semangatnya tidak pernah luntur; ada saja yang membuatnya bisa berpikir positif demi keuntungan yang dikejarnya.  Kualitas kepribadian seperti ini tidak mungkin tumbuh secara mendadak. Keuletan, ketegaran dan rasa percaya diri tumbuh sejak dini (usia balita) dan sudah menjadi karakter atau dasar kepribadiannya. Sulit (bukan tidak mungkin) bagi seorang dewasa membentuk kualitas-kualitas ini jika tidak dimulai sejak masa balita.
3.      Pekerja Keras, Waktu kerja bagi seorang wirausahawan tidak ditentukan oleh jam kerja. Saat ia sadar dari bangun tidurnya, pikirannya sudah bekerja membuat rencana, menyusun strategi atau memecahkan masalah.  Kadang dalam tidurnyapun ia tetap berpikir. Membiarkan waktu berlalu tanpa ada yang dipikirkan atau dikerjakan kadang membuatnya merasa “tidak produktif” atau merasa kehilangan kesempatan.
4.      Pola Pikir Multi-tasking, Seorang wirausahawan sejati mampu melihat sesuatu dalam perspektif/dimensi yang berlainan pada satu waktu (multi-dimensional information processing capacity). Bahkan ia juga mampu melakukan “multi-tasking” (melakukan beberapa hal sekaligus). Kemampuan inilah yang membuatnya piawai dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi oleh perusahaan.  Semakin tinggi kemampuan seorang wirausahawan dalam multi-tasking, semakin besar pula kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi sumber daya produktif.
5.   Mampu Menahan Nafsu untuk Cepat Menjadi Kaya, Wirausahawan yang bijak biasanya hemat dan sangat berhati-hati dalam menggunakan uangnya terutama jika ia dalam tahap awal usahanya.  Setiap pengeluaran untuk keperluan pribadi dipikirkannya secara serius sebab ia sadar bahwa sewaktu-waktu uang yang ada akan diperlukan untuk modal usaha atau modal kerja. Keuntungan tidak selalu menetap, kadang ia harus merugi dan perusahaan harus tetap dipertahankan. Oleh sebab itu, jika ia memiliki keuntungan 10, hanya sepersekian yang digunakan untuk keperluan pribadinya. Sebagian besar disimpannya untuk digunakan bagi kemajuan usahanya atau untuk tabungan jika ia terpaksa mengalami kerugian. Wirausahawan yang bijak juga mengerti bahwa membangun sebuah perusahaan yang kokoh dan mapan memerlukan waktu bertahun-tahun bahkan tidak jarang belasan atau puluhan tahun.  Seorang wirausahawan yang memulai usahanya dari skala yang kecil hingga menjadi besar akan mampu menahan nafsu konsumtifnya. Baginya, pengeluaran yang tidak menghasilkan akan dianggap sebagai sebuah kemewahan.  Jika tabungannya tidak cukup untuk membeli kemewahan itu, dia akan menahan diri sampai tabungannya jauh berlebih. Ia juga menghargai keuntungan yang sedikit demi sedikit dikumpulkannya. Keuntungan itu diinvestasikannya ke dalam usaha lainnya sehingga lama-kelamaan hartanya bertambah banyak. Dalam hal ini memang ada benarnya pepatah yang mengatakan: “hemat pangkal kaya”. Sebaliknya, wirausahawan yang tidak bijak seringkali tidak dapat menahan nafsu konsumtif.  Keuntungan dihabiskan untuk berbagai jenis kemewahan dan hal yang tidak produktif sehingga tidak ada lagi tabungan untuk perluasan perusahaan atau untuk bertahan pada masa sulit.
6.      Berani Mengambil Resiko, Seorang wirausahawan berani mengambil risiko. Semakin besar risiko yang diambilnya, semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan karena jumlah pemain semakin sedikit (Yuyun W, 1994).  Wirausaha adalah seorang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan dari pada usaha yang kurang menantang. Sementara menurut (Meredith, 1996) Seorang pengambil resiko lebih menyukai tantangan dan peluang.
H. Penutup
Kewirausahaan merupakan jiwa seseorang yang ingin selalu kreatif inovatif berani mengambil keputusan yang beresiko dengan didasari oleh perhitungan yang matang. Yang perlu dicatat adalah bahwa seorang wirau usaha harus mempunyai jiwa kewirausahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Jumadi, No.7 Vol 1 Mei 2005, Jurnal Ilmiah Populika ,Fakultas ISIPOL Universitas Widya Mataram Yogyakarta: Yogyakarta
--------, 2005, Manajemen Operasi dan Produksi, Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram Yogyakarta: Yogyakarta.
--------, 2006, Membangun Mentalitsas wirusaha; Makalah Disampaikan dalam rangka Kegiatan Pengabdian Kepada Masayarakat di Desa Karang Turi Kecamatan Gondang Rejo Kabupaten Karanganyar Jawa TengaTanggal 21s/d 22 Mei 2006
--------, 2011, Membangun Mentalitas Kewirausahaan Materi Pelatihan Kewirausahaan bagi Pengrajin Keris Pemuda Mataram di Imogiri Bantul DIY.
Meredith G, Geoffrey 1996, Kewirausahaan: Teori dan Praktek , Pustaka Binaman Presindo: Jakarta
Sujuti Jahja, 1997, Penelitian Tentang Kewirausahaan dalam Rangka Pengembangan Disiplin Ilmu Kewirausahaan. Makalah Seminar Nasional, Jatinangor:IKOPIN.
Yuyun Wirasasmita, 1994, Kerjasama dengan Perguruan Tnggi dengan Lembaga Perbankan dan Keuangan lainnya dalam Rangka Menciptkan Wirausha-wirausaha Baru: Hasil Seminar: LM Bandung.
Soesarsono Wijandi, 1998, Pengantar Kewirausahaan, Sinar Baru: Bandung
Zimmmerer, W. Thomson, Norman M. Scaborough, 1996 Entrepreneurship and The New Venture Formation, New Jersey: Prentice Hall International Inc.
Michael Harris, 2000, Humand Resources Management; USA