MOTO

Ada Pepatah bahwa Kalau kita ingin selalu ingat maka kita harus selalu melihat dan mendengar, tetapi untuk melihat dan mendengar tidaklah gampang kecuali orang-orang yang mengetahui tip untuk melihat dan mendengar. Oleh karena menjadi pribadi yang baik manakala baik dalam melihat mendengar melihat dan mendengar hanya sepotong-sepotong akan membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Sabtu, 09 Juni 2018

Universitas Widya Mataram bekerjasama dengan ISEI diskusi: Pengembangan Potensi Ekonomi Umat


Dalam rangka untuk Pengembangan Potensi Ekonomi Umat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta (ISEI DIY) bekerjasam sama dengan Universitas Widya Mataram mengadakan dikusi pada hari Minggu 20 Mei 2018 di Rumah Makan Sate Klatak Pak Jede Nologaten Yogyakarta. Diskusi dengan tema Pengembangan Potensi Ekonomi Umat tersebut menghadirkan pembicara kunci Prof. Dr.Edy Suandi Hamid, MEc Rektor Universitas Widya Mataram dan Dr. Budi Hananto Kepala Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta dan ikuti oleh pengurus ISEI DIY, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram, Kaprodi Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram.
Dalam pemaparannya Prof Dr. Edy Suandi Hamid, MEC menyampaikan bahwa potensi ekonomi umat Islam sangat besar, bukan saja lingkup Indonesia namun juga dunia, potensi ini selain menggerakan ekonomi umat islam itu sendiri juga semua insan yang ada di muka bumi, sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Perkembangan ekonomi islam khususnya keuangan Islam perkembangannya semakin pesat tidak saja dari negara Islam namun juga negara-negara yang ekonominya kuat mengembangkan ekonminya sesuai prinsip-prinsip keuangan Islam. Dengan potensi yang sangat besar tersebut seharusnya Umat Islam dapat menunjukkan implemantasi ajaran Islam di muka bumi ini, namun sayangnya semua itu masih jauh dari menggembirakan. Umat Islam yang 23% ini hanya berkontribusi sebesar 6,6% dari produk domestic bruto dunia. Dalam kontek pengembangan ekonomi Islam memang cenderung masih terbatas pada sector keuangan walaupun belakangan ini sudah meluas ke sector riil walaupun msih realatif lambat. Penyebab melambatnya perkembangan ini adalah: Pengenalan prinsip-prinsip ekonomi Islam masih terbatas di kalangan umat, Keterbatasan sumberdaya manusia, Praktek keuangan Syariah belum sempurna dan kadang masih dianggap berbau konvensional.
Sementara itu Dr. Budi Hanoto Pimpinan BI DIY menyoroti ekonomi umat dilihat dari keberadaan pondok pesanteran. Menurut Budi Hanoto Potensi Pesantren dalam Pembangunan Nasional sangat strategis karena pesantren mempunyai fungsi: Sebagai pengkader pemikir agama, Lembaga yang mencetak Sumber Daya Manusia, Lembaga yang dapat melakukan pemberdayaan ekonomi Umat.
Pesantren diharapkan dapat melakukan perubahan pengelolaan yang lebih baik, pembiayaan pengembangan pesantren dari dana CSR, membuat holding bisnis, dan mencangkokan dana UKMK kepada pesantren. Untuk itu BI DIY membuat Road map yaitu: Menanamkan mindset wirausaha, Meningkatkan kemampuan dibidang keuangan, dan masuknya koperasi masuk ke pesantren. Namun hal ini juga masih mengalami masalah yaitu: Rendahnya SDM santri, Pemilik dan pengelola masih tercampur, Pesantren tidak mudah untuk dimasuki pihak luar (masih tertutup), kelemahan dalam bidang IT, Masalah legalitas, Kurangnya pemasaran. 
Dr. Jumadi, SE, MM yang juga Wakil Rektor III Universitas Widya Mataram menyampaikan bahwa Potensi Ekonomi Umat ini sangat besar mengingat Indonesia memiliki SDM yang cukup banyak dengan kesamaan idiolegi dan ketakwaan dan sumber daya Alam yang melimpah yang menjadi potensi ekonomi umat. Namun menurut Dr. Jumadi hal ini adakn dapat mewujudkan pemberdayaan ekonomi umat manakala minimal dapat mengintegrasikan tiga bidang yang mendasar yaitu: pertanian, peternakan dan perikanan. Jikalau ketiga potensi Ekonomi tersebut dapat dioptimalkan diharapkan akan mewujudkan kemandirian ekonomi Umat. Namu lagi-lagi salah satu kendalanya adalah kualitas SDM yang masih terbatas, untuk itu perlu ada sentuhan dana CSR untuk meningkatkan kapabilitas para pelaku sebagai contoh adalah kelompok tani yang mayoritas pendidikannya masih rendah. Mereka yang sudah tidak dapat mengenyam Pendidikan secara formal dapat diberikan pembekalan melalui penyaluran CSR pemberdayaan. Hal lain yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan potensi umat ini adalah mengoptimalkan peran koperasi yang selama ini terasa mati terutama KUD.
Sementara itu Dr. Rudi Bahrudin dari STIE YKPN Melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Zakat dan Wakaf terhadap Ekonomi Indonesia, hasil dari penelitian tersebut bahwa zakat dan wakaf tidak berpengaruh signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Karena masyarakat masih ingin untuk melakukan sendiri tidak menyalurkan melalui Lembaga. 
Menurut Dr. Makruf pemberdayaan ekonomi umat jangan mendikotomi milik islam saja karena aktivitasnya bias dilakukan oleh diluar islam hanya saja yang terpenting adalah bahwa basic aktivitasnya idelanya sesuai dengan kaidah-kaidah Islami.
Prof. Mudrajat (UGM) menambahkan dalam rangka meningkatkan potensi umat agar tepat sasaran maka  dapat di fokuskan kepada desa-desa termiskin di DIY, mengingat masih ada 13 desa yang miskin di DIY baik di Kulonprogo mapun di Gunungkidul.