MOTO

Ada Pepatah bahwa Kalau kita ingin selalu ingat maka kita harus selalu melihat dan mendengar, tetapi untuk melihat dan mendengar tidaklah gampang kecuali orang-orang yang mengetahui tip untuk melihat dan mendengar. Oleh karena menjadi pribadi yang baik manakala baik dalam melihat mendengar melihat dan mendengar hanya sepotong-sepotong akan membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Kamis, 18 Maret 2021

Menengok dan Menyiapkan SDM di Era Revolusi Industri 4.0

Oleh: Dr. Jumadi, SE, MM

 Ketua Ikatan Dosen Republik Indonesia (IDRI) Wilayah DIY

Saat ini pada sektor manufaktur sedang terjadi lompatan besar. Lompatan yang terjadi tidak hanya dalam hal proses produksi saja melainkan di seluruh mata rantai kegiatan dalam rangka mencapai kualitas dan efisiensi serta efektivitas proses produksi.

Untuk menghadapi itu maka industri di Indonesia idealnya perlu menyiapkan sumberdaya yang handal dan berkualitas untuk dapat memenuhi lompatan besar (revolusi industri 4.0) tersebut.

Modal besar yang di miliki Indonesia dengan bonus demografi yaitu pasar yang besar dan jumlah sumber daya manusia yang produktif dapat diarahkan untuk mendukung pengembangan industri dalam era lompatan besar ini.

Dengan situasi dan kondisi saat ini yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apakah sumber daya manusia (SDM) terampil untuk industri di Indonesia sudah siap untuk menghadapi lompatan besar tersebut?

Menurut hemat kami kesiapan SDM terampil di Indonesia harus dilihat dari kesiapan SDM dalam proses produksi (pemanufakturan) atau kesiapan SDM dalam bidang penjualan (bisnis digital). Karena saat ini yang berkembang di Indonesia dalam merespon revolusi industri baru dari sisi penjualan, sehingga banyak anak muda yang menjadi pelaku bisnis online tanpa melihat asal negara pembuat produk.

Jika SDM ini dilihat dari kesiapan sisi proses produksi (pemanufakturan yang memenuhi kriteria dalam revolusi industri) maka dapat dikatakan belum dapat mencukupi dari sisi kuantitas maupun kualitas.

Era lompatan besar (revolusi industri dalam pemanufakturan) membutuhkan investasi yang serius, karena SDM tidak dapat belajar mandiri untuk mampu menjalankan proses pemanufakturan tersebut. Sementara jika untuk memenuhi kemampuan SDM dari sisi kemampuan menjual saja (bisnis digital), kualitas dan kuantitasnya lebih cepat terpenuhi. Hal ini disebabkan generasi muda sudah terbiasa dengan tehnologi infomasi sehingga lebih mudah untuk dikembangkan dan dapat belajar mandiri tanpa investasi yang besar.

Untuk dapat memenuhi kuantitas dan kualitas SDM dari sisi kemampuan pemanufakturan, diperlukan strategi. Namun tergantung industri apa yang akan dikembangkan oleh Indonesia untuk dijadikan industri unggulan, misalnya apakah: produk unggulan pertanian, perternakan, perikanan, pertambangan atau industri yang lain yang mampu memenuhi keunggulan komparatif dan kompetitif.

Ambil sebuah contoh karena Indonesia terkenal sebagai negara yang berbasis pertanian, maka dapat dikembangkan industri yang berasal dari produk pertanian dan dapat dikembangkan dari hulu hingga hilir.

Untuk menyiapkan investasi SDM sebagai pelaku industri bidang pertanian dapat dilakukan dengan startegi penthahelix yaitu strategi kolaborasi atau sinergi antara perguruan tinggi/SMK (akademik), sektor industri pertanian (pelaku bisnis), departemen pertanian (pemerintah), masyarakat (komunitas atau konsumen), dan jangan lupa menggandeng media.

Industri yang berbasis pertanian dapat dilaksanakan dari hulu sampai hilir. Jika SDM dipersiapkan dengan baik maka akan menghasilkan produk yang dapat memenuhi keunggulan komparatif karena bahan baku mudah dan murah, sementara keunggulan bersaing dapat dicapai dengan penyiapan kualitas SDM dan proses pemanufakturannya.

Sumber: https://watyutink.com/opini/Menengok-dan-Menyiapkan-SDM-di-Era-Revolusi-Industri-40

Senin, 08 Maret 2021

Perlu Standarisasi Produk UMKM



Kelemahan mendasar terhadap pembinaan UMKM adalah kelemahan atas sumberdaya manusia. Hal ini terlihat bahwa rata-rata UMKM dimiliki oleh orang dengan pendidikan berkategori rendah. Kondisi ini akan menghambat dari sisi inovasi, motivasi, dan rasionalitas berpikir untuk bertindak. Dengan kenyataan ini, pelaku UMKM belum dapat memprediksi dengan tepat kebutuhan yang ada di pasar, sehingga apa yang dihasilkan hanya atas dasar kemampuan dalam memproduksi tanpa mempertimbangkan sisi permintaan atau kebutuhan pasar.

Pemerintah tidak punya garis birokrasi yang jelas terhadap UMKM karena secara hierarki keberadaan UMKM tidak di bawah komando dinas atau kementerian langsung, sehingga para pelaku UMKM tidak langsung bertanggung jawab kepada dinas atau kementerian. Hubungan antara UMKM dengan dinas atau kementerian yang menaungi adalah hubungan koordinatif bukan hubungan instruktif, hal ini akan mempersulit dalam melakukan pembinaan terhadap UMKM tersebut.

UMKM ibarat anak ayam yang ditinggalkan induknya. UMKM mempunyai kekuatan dan peluang yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun keberadaannya belum mendapat posisi strategis di negeri ini. Hal ini tercermin ketika upaya pengembangan terkesan instan dan belum berkesinambungan.

Untuk mengatasi hal itu dapat dilakukan tindakan “bailout” terhadap UMKM dengan tujuan merangsang pertumbuhan. Namun tindakan ini harus dikemas dengan efektif dan efisien, karena berkaca terhadap beberapa skema yang dikucurkan oleh pemerintah tidak terlalu efektif seperti program Bantuan langsung Tunai (BLT), Beras untuk rakyat miskin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan lainnya.

Skema yang diberikan idealnya dapat merangsang pertumbuhan tidak hanya sekadar memberikan umpan ibarat menangkap ikan, namun bagaimana dapat membuat kolamnya. Skema modal (bantuan) dapat berupa alat produksi untuk meningkatkan produktivitas UMKM. Namun tidak terbatas itu, karena kondisi SDM UMKM yang masih terbatas dalam pengetahuan teknologi produksi. Idealnya juga perlu pendampingan dalam bentuk coaching operation bahkan coaching business dan marketing, keuangan, dan penguatan sumberdaya manusianya.

Idealnya, bantuan dana tidak dalam bentuk CSR namun diberikan bantuan pinjaman dengan skema pembiayaan proposional dengan pola kemitraan antara UMKM dan perbankan. Jika perlu dengan jaminan pemerintah dengan model pendampingan. Konsep Inkubator bagi UMKM diharapkan mampu berperan sebagai aggregator dan katalisator dalam perkembangan e-commerce UMKM. Namun sebaiknya hal itu dilakukan dengan melibatkan perguruan tinggi sebagai inkubator terutama dalam mengembangkan e-commerce dalam UMKM. Perguruan tinggi dengan kapasitasnya cocok apabila digandeng oleh UMKM untuk membidani dan mengelola e-commerce. Saat ini UMKM belum optimal menggandeng perguruan tinggi dalam pengembangan e-commerce.

UMKM punya kelebihan dibandingkan industri besar, dengan keunggulan komparatifnya maka idealnya didampingi dan diberdayakan melalui inkubator bisnis agar lebih cepat berkembang (akselerasi). Pemerintah dapat membuat kebijakan hilirisasi industri UMKM sehingga menambah peluang pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja. Apabila pemerintah mampu membuat kebijakan terhadap hilirisasi industri UMKM ini, maka akan menjadi penopang dalam perekonomin Indonesia sehingga akan berdaulat secara ekonomi.

Produk UMKM kita akan mampu bersaing dengan e-commerce impor apabila distandarisasi. hal ini harus dimulai dari hulu (bahan baku) dan proses produksi yang distandarisasi. Indonesia dengan kekayaan sumberdaya alamnya adalah potensi besar untuk bahan baku industri, termasuk UMKM. Kondisi ini belum secara optimal dimanfaatkan untuk memenangkan persaingan. Kelemahannya, produk yang dihasilkan UMKM belum standar. Untuk menjadikan produk menjadi standar perlu persyaratan, yaitu jumlah produk yang dihasilkan banyak, ukuran yang sama, kemasan sama serta spesifikasi yang jelas. Untuk memenuhi kriteria tersebut perlu standarisasi proses produksi, dan tentu saja yang paling berperan adalah teknologi.

Sumber: https://www.watyutink.com/opini/Perlu-Standarisasi-Produk-UMKM

Sabtu, 20 Februari 2021

Membangun Pikiran Positif di Balik Wabah Virus Corona

Dr. Jumadi, SE, MM

Wabah virus Corona menjadi salah satu wabah yang mendunia (pandemi) karena tidak hanya dialami oleh Negara Indonesia, namun juga dialami oleh hampir seluruh negara di dunia. Namun di balik wabah tersebut ada hikmah positif yang dapat dipetik bagi segala kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Masyarakat yang tadinya tidak begitu mempedulikan dirinya sendiri terkait status kesehatannya, dengan adanya wabah Corona ini menjadi berubah, mempunyai kepedulian diri terkait kesehatan secara fisik. Sebagai contoh yang tadinya makan sembarangan bahkan tanpa cuci tangan, dengan adanya wabah virus tersebut membuat kepedulian sebagain besar masyarakat meningkat terhadap kesehatan pribadi, orang lain dan lingkungannya.

Dalam kehidupan rumah tangga kepala rumah tangga (bapak) dan ibu rumah tangga (ibu) yang sebelumnya jarang melakukan komunikasi intens dengan keluarga karena tuntutan pekerjaan, dengan adanya wabah Corona ini komunikasi antara keluarga menjadi intens bahkan harmonis. Hal ini terlihat mulai dari aktivitas makan bersama nonton acara Televisi bersama dan bahkan kegiatan lainya. Kondisi ini disebabkan beberapa instansi juga menerapkan sistem kerja dari rumah (work from home).

Di bidang pendidikan dengan adanya wabah Corona ini diberlakukannya proses pembelajaran jarak jauh yang berbasis tehnologi informasi (online) dengan berbagai platform memberikan dampak postif bagi proses pembelajaran tersebut. Hal ini berdasarkan pengalaman penulis di Universitas Widya Mataram bahwa ketika kuliah tatap muka mahasiswa tidak mau atau bahkan tidak berani bertanya dan bersifat pasif, namjun dengan adanya kuliah online mahasiswa menjadi aktif, tidak hanya berani bertanya tetapi mahasiswa juga berani menjawab pertanyaan yang disampaikan teman-temanya di forum diskusi kuliah online tersebut. Oleh karena itu jika mau mengambil hikmah positif dari wabah ini dalam dunia pendidikan dapat menguak kemampuan mahasiswa yang selama ini tersebunyi bahkan terpendam.

Daris sisi spiritualisme, dengan adanya wabah ini masyarakat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, semakin tawakal sambil berdoa dengan cara mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sambil menyempurnakan ikhtiarnya. Allah SWT dengan segala Kuasa-Nya menurunkan suatu kejadian bukan tanpa maksud dan tujuan, namun hanya manusia saja yang belum memahaminya. Setiap kejadian yang menurut manusia tidak baik pada dasarnya menurut Allah SWT adalah yang terbaik bagi makluk-Nya. Maka dengan kondisi seperti ini tinggal bagaimana manusia menyikapinya dengan pikiran-pikiran postif. Mengapa harus menggunakan pikiran positif?

Karena kalau dibuat siklus salah satu yang menentukan takdir itu adalah pikiran manusia itu sendiri, apakah itu takdir baik maupun takdir buruk. Mengapa demikian? Karena kalau diuraikan siklus tersebut adalah sebagai berikut: Pikiranmu adalah awal dari perkataanmu, perkataanmu adalah awal dari perbuatanmu, perbuatanmu adalah awal dari kebiasaanmu, kebiasaanmu adalah awal dari karaktermu dan karaktermu adalah menentukan takdirmu.

Tidak bermaksud menggurui bahwa setiap manusia idealnya berpikiran positif terhadap kehendak Allah SWT. Dalam situasi seperti ini pikiran postif terhadap semua kejadian akan meningkatkan kekebalan tubuh manusia termasuk melawan virus yang ada saat ini. Semoga kita senantiasa dalam lindungan dan tuntunan Allah SWT dalam berpikir dan bertindak sehingga keselamatan dan kesehatan menjadi nikmat bagi kita semuanya.

Sumber: https://bernasnews.com/membangun-pikiran-positif-di-balik-wabah-virus-corona/