Penilaian hasil akhir sebuah karya ilmiah tidak hanya di tentukanoleh kualitas isi (konten) tetapi juga di pengaruhi oleh penampilan baik yang dai tamilkan dalm bentuk laporan maupun penyajian dalam bentuk penyampaian secara lisan melalui presentasi, breikut ini adalah contoh bahan presentasi proposal karya ilmiah.
MOTO
Minggu, 11 Juli 2010
Rabu, 23 Juni 2010
Pengendalian Kualitas
Pengendalian Kualitas
Di era globalisasi perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk yang berkualitas, hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan asing yang masuk ke bumi pertiwi ini dengan tawaran kualitas yang bagus dan harga murah. Hal ini karena adanya dukungan tehnologi yang menyebabkan kualitas semakin bagus dan harga semakin murah. Tehnologi tinggi meyebabkan harga murah dan kualitas bagus karena dengan tehnologi tiggi ini perusahaan dapat memproduksi dalam skala besar sehingga perusahaan menanggung biaya yang rendah dalam setiap unit yang dihasilkan. Tututan berkualitas memang sudah tidak bisa di tawar lagi apabila kita ingin menang dalam bersaing, oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu adanya dukungan maupun kemitraan dengan berbagai pihak termasuk dari pemasoknya. Untuk selengkapnya silahlakan baca link berikut!
Pengendalian Biaya Produksi
Pengendalian biaya Produksi
Pengendalian biaya produksi mempunyai tujuan yang amat penting yakni untuk menghindari pemborosan-pemborosan dari pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan produksi, sehingga harga pokok penjualan menjadi wajar.
Minggu, 13 Juni 2010
Jadwal Piala Dunia 2010
Jam Stasiun Ket
1 11.06.10 Afrika Selatan vs Meksiko 18.30 wib RCTI Live
1 12.06.10 Uruguay vs Perancis 00.30 wib RCTI Live
6 17.06.10 Afrika Selatan vs Uruguay 00.30 wib RCTI Live
6 18.06.10 Perancis vs Meksiko 00.30 wib RCTI Live
12 23.06.10 Meksiko vs Uruguay 03.30 wib RCTI Live
12 22.06.10 Perancis vs Afrika Selatan 20.00 wib RCTI Tunda
GRUP B
Jam
2 12.06.10 Argentina vs Nigeria 20.15 wib RCTI Live
2 13.06.10 Korea Selatan vs Yunani 00.30 wib RCTI Live
7 17.06.10 Yunani vs Nigeria 20.15 wib RCTI Live
7 18.06.10 Argentina vs Korea Selatan 03.30 wib RCTI Tunda
12 23.06.10 Nigeria vs Korea Selatan 07.00 wib RCTI Live
12 23.06.10 Yunani vs Argentina 00.30 wib RCTI Live
GRUP C
Jam Stasiun Ket
2 13.06.10 Inggris vs Amerika 01.30 wib RCTI Live
3 14.06.10 Aljazair vs Slovenia 03.30 wib RCTI Tunda
8 18.06.10 Slovenia vs Amerika 20.15 wib RCTI Live
8 19.06.10 Inggris vs Aljazair 00.30 wib RCTI Live
13 23.06.10 Slovenia vs Inggris 20.00 wib RCTI Live
13 24.06.10 Amerika vs Aljazair 03.30 wib RCTI Tunda
GRUP D
Jam Stasiun Ket
3 14.06.10 Jerman vs Australia 00.30 wib RCTI Live
3 13.06.10 Serbia vs Ghana 20.15 wib RCTI Live
8 19.06.10 Jerman vs Serbia 00.30 wib RCTI Tunda
9 19.06.10 Ghana vs Australia 20.15 wib RCTI Live
13 24.06.10 Ghana vs Jerman 00.30 wib RCTI Live
13 24.06.10 Australia vsSerbia 07.00 wib RCTI Tunda
RUP E
Jam Stasiun Ket
4 15.06.10 Belanda vs Denmark 03.30 wib RCTI Tunda
4 14.06.10 Jepang vs Kamerun 20.15 wib RCTI Live
9 20.06.10 Belanda vs Jepang 03.30 wib RCTI Tunda
9 20.06.10 Kamerun vs Denmark 00.30 wib RCTI Live
14 25.06.10 Denmark vs Jepang 07.00 wib RCTI Tunda
14 25.06.10 Kamerun vs Belanda 00.30 wib RCTI Live
GRUP F
Jam Stasiun Ket
4 15.06.10 Italia vs Paraguay 00.30 wib RCTI Live
5 16.06.10 Selandia Baru vs Slovakia 03.30 wib RCTI Tunda
10 21.06.10 Slovakia vs Paraguay 03.30 wib RCTI Tunda
10 20.06.10 Italia vs Selandia Baru 20.15 wib RCTI Live
14 24.06.10 Slovakia vs Italia 20.00 wib RCTI Tunda
14 25.06.10 Paraguay vs Selandia Baru 03.30 wib RCTI Tunda
GRUP G
Jam Stasiun Ket
5 15.06.10 Pantai Gading vs Portugal 20.15 wib RCTI Live
5 16.06.10 Brazil vs Korea Utara 00.30 wib RCTI Live
10 21.06.10 Brazil vs Pantai Gading 00.30 wib RCTI Live
11 22.06.10 Portugal vs Korea Utara 03.30 wib RCTI Tunda
15 25.06.10 Portugal vs Brazil 20.00 wib RCTI Live
15 26.06.10 Korea Utara vs Pantai Gading 03.30 wib RCTI Tunda
GRUP H
Jam Stasiun Ket
6 17.06.10 Honduras vs Chili 03.30 wib RCTI Tunda
6 16.06.10 Spanyol vs Swiss 20.15 wib RCTI Live
11 21.06.10 Chili vs Swiss 20.00 wib RCTI Live
11 22.06.10 Spanyol vs Honduras 00.30 wib RCTI Live
15 26.06.10 Chili vs Spanyol 00.30 wib RCTI Live
15 26.06.10 Swiss vs Honduras 07.00 wib RCT Tunda
Kamis, 10 Juni 2010
Meja Kerja Mencerminkan Kepribadian
Kebanyakan pria tak begitu mempedulikan tampilan meja kerjanya. Mereka hanya melihat fungsi meja sebagai sarana untuk mengerjakan pekerjaan dan menaruh peralatan kerja tanpa memperhatikan letak peralatannya. Padahal, meski terkesan sepele, tatanan meja kerja bisa berarti banyak hal. Dari pernak-pernik atau keadaan barang-barang di atas meja, Anda bisa mengetahui karakter dan gaya kerja pemiliknya.
Lewat buku Everything’s Organized, Lisa Kanarek mengungkapkan bahwa meja kerja adalah cerminan diri si pemiliknya. Inilah karakter-karakter tersebut, dan bagaimana mereka cenderung mengatur mejanya:
1. Si Kreatif
Lelaki ini sering membiarkan meja kerjanya berantakan. Di atas meja terdapat kertas-kertas, buku-buku, majalah, dokumen, alat tulis, dan banyak lainnya. Herannya, pemilik meja ini tidak merasa terganggu dengan kondisi ini. Namun meskipun kreatif, melihat dari kondisi mejanya yang berantakan, lelaki ini kurang bisa diandalkan. Ia kurang bisa bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan padanya. Ia juga mudah panik dan sulit membagi pekerjaan berdasarkan skala prioritas. Namun, jika mood-nya sedang bagus, ia bisa menyelesaikan tugas dengan baik, cepat, dan memuaskan. Tak peduli betapa berantakan mejanya. Ia malah akan sulit bekerja dengan kondisi meja yang rapi.
2. Si Humoris
Meja kerja lelaki ini terkesan bersahabat dan semarak. Di atas meja terdapat foto-foto pribadi dan keluarga, serta beberapa pernak-pernik seperti boneka lucu, aksesori menarik dari seseorang yang mungkin memiliki arti khusus baginya. Alat tulis dan buku-buku disusun dalam wadah yang unik dengan warna-warna ceria. Karena terbuka dan humoris, si pemilik meja ini seringkali menjadi penghibur orang-orang sekantor. Meski terlihat santai, ia orang yang cukup kreatif. Ia cukup bisa diandalkan dan bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan padanya. Ia juga bisa menjadi sahabat bagi teman-temannya di kantor.
3. Si Serius
Meja lelaki tipe ini selalu tampak rapi dan bersih. Buku-buku dan file dokumen tersusun rapi di atas meja. Apa saja yang terlihat di meja adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan saat itu. Meski termasuk orang yang serius dalam bekerja, pemilik meja ini bukan orang yang “kaku”. Ia cukup fleksibel menghadapi rekan-rekan di kantor. Ia juga bisa membedakan dengan baik kapan waktu untuk bercanda. Ia cukup dewasa dalam menghadapi setiap masalah.
4. Si Disiplin
Meja yang selalu terlihat hampir kosong adalah ciri tipe lelaki disiplin. Di atas meja, hanya terdapat komputer dan telepon. Semua peralatan kerja lainnya seperti kertas, alat tulis, majalah, dan buku-buku diletakkan dalam laci meja. Semuanya tersimpan rapi meski si pemilik meja sedang bekerja. Ia baru akan mengambil peralatan tersebut jika ingin menggunakannya. Selain disiplin, pemilik meja juga serius dalam bekerja. Jarang sekali ia beranjak dari kursi sebelum pekerjaan selesai. Ia juga tidak mudah terpengaruh pada lelucon apa pun yang dilontarkan ketika sedang bekerja. Karena pada dasarnya, sense of humor lelaki tipe ini sangat rendah, ia pun cenderung kaku dalam pergaulan.
5. Si Konservatif
Ciri meja lelaki ini adalah serba senada. Telepon, alat tulis, dan semua barang yang ada di mejanya bisa dipastikan berwarna senada atau terdiri dari satu tema. Daftar pekerjaan yang harus dikerjakannya hari ini selalu ditandai rapi. Biasanya dia senang menempelkan moto kerja persis di sebelah papan memo.
Meski konservatif dan sedikit galak, sebenarnya pemilik meja ini punya sifat periang dan easy going. Itu sebabnya ia juga bisa menjadi penghibur orang sekantor. Ia bisa diandalkan. Sayang, sikapnya kadang kurang profesional. Sumber: Kompas.
Sabtu, 05 Juni 2010
SYARAT MENJADI PROFESIONAL
Profesional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu “hal-hal yang berkaitan dengan profesi dan atau memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya”; Sedangkan profesionalisme menurut KBBI adalah “mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional”. Profesional artinya menurut pada keahlian jabatannya. Sedangkan Profesinalisme adalah aliran yang menerapkan profesi sebagai asas pokok perbuatan manusia.
1. Menguasai pekerjaan
Seseorang layak disebut professional apabila ia tahu betul apa yang harus ia kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain, seorang professional tidak hanya pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi juga harus mampu mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat dilihat dari tiga hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia mengatasi persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya.
Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk beluk dan liku-liku pekerjaannya. Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma setengah-setengah, tapi ia memang benar-benar mengerti apa yang ia kerjakan. Dengan begitu, maka seorang profesional akan menjadikan dirinya sebagai problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi trouble maker (pencipta masalah) bagi pekerjaannya.
2. Mempunyai loyalitas
Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam melakukan pekerjaannya, ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia kerjakan didasari oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu prinsip hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi merupakan panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja sungguh-sungguh.
Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas ini akan menggerakkan dirinya untuk dapat melakukan apa saja tanpa menunggu perintah. Dengan adanya loyalitas seorang professional akan selalu berpikir proaktif, yaitu selalu melakukan usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak terjadi.
3. Mempunyai integritas
Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi prinsip dasar bagi seorang profesional. Karena dengan integritas yang tingi, seorang profesional akan mampu membentuk kehidupan moral yang baik. Maka, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang professional tak cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi mental seorang professional ini juga akan sekaligus menentukan kualitas hidupnya. Alangkah lucunya bila seseorang mengaku sebagai profesional, tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor atau manipulator, pencuri atau penjahat ?
Integritas yang dipunyai oleh seorang professional akan membawa kepada penyadaran diri bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan, hati nurani harus tetap menjadi dasar dan arah untuk mewujudkan tujuannya. Karena tanpa mempunyai integritas yang tinggi, maka seorang professional hanya akan terombang-ambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang setiap saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang professional diuji, yaitu sejauh mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat bertahan dalam situasi yang tidak menentu.
4. Mampu bekerja keras
Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan dan kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, seorang professional tidak dapat begitu saja mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di sinilah seorang professional harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, tak benar bila jalinan kerja sama hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang profesional tidak akan pernah memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.
Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau menerima siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak mengherankan bila disebut bahwa seorang profesional siap memberikan dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri seorang profesional harus ada kemauan menganggap sama setiap orang yang ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun lingkungan yang lebih luas.
Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun harga diri bila ia harus bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin secara status lebih rendah darinya. Seorang profesional akan bangga bila setiap orang yang mengenalnya, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan pengakuan bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini bisa dicapai apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.
5. Mempunyai Visi
Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas akan masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk mengarahkan pikiran, sikap, dan perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang profesional akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya.
Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan “macan ompong”, dimana secara fisik ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk melakukan sesuatu, karena tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas, seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang ia pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan.
Visi yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang maksimal, sekaligus ukuran yang jelas mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari kambing hitam, tapi secara dewasa mengambil alih sebagai tanggung jawab pribadi dan profesinya.
6. Mempunyai kebanggaan
Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap profesinya. Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional harus mempunyai penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap profesi tersebut. Karena dengan rasa bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap profesinya.
Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen yang didasari oleh munculnya rasa bangga terhadap profesi dan jabatannya akan menggerakkan seorang profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.
7. Mempunyai komitmen
Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan komitmen yang dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.
Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai seorang profesional hanya disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan. Bahkan bisa jadi, bagi seorang profesional, lebih baik mengorbankan harta, jabatan, pangkat asalkan nilai-nilai yang ada dalam profesinya tidak hilang.
Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan konsistensi dalam mempertahankan nilai-nilai profesionalisme. Tanpa adanya konsistensi atau keajekan, seseorang sulit menjadikan dirinya sebagai profesional, karena hanya akan dimainkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.
8. Mempunyai Motivasi
Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Artinya, seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus mampu memotivasi dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal.
Dapat dikatakan bahwa seorang professional harus mampu menjadi motivator bagi dirinya sendiri. Dengan menjadi motivator bagi dirinya sendiri, seorang professional dapat membangkitkan kelesuan-kelesuan yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan dan di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya sendiri.
Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh dan mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak mudah menyerah kalah dan selalu akan menghadapi setiap persoalan dengan optimis. Motivasi membantu seorang professional mempunyai harapan terhadap setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan kakinya.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa profesioanlisme adalah orang yang:
1.Ahli di bidangnya dengan segala komitmennya
2.Orang yang mengetahui authoritasnya dan kewenangan
3.Orang yang bertanggung jawab baik terhadap diri sendiri, lingkungan dan bahkan dia mempertanggungjawabkan pekerjaan/profesinya kepada Tuhannya, sehingga dia tidak akan melanggar norma Agama, norma Sosial serta norma budaya.
PRILAKU SOSIAL
Pertama, Ascendance-Social Timidity, Ascendance yaitu kecenderungan menampilkan keyakinan diri, dengan arah berlawanannya social timidity yaitu takut dan malu bila bergaul dengan orang lain, terutama yang belum dikenal.
Kedua, Dominace-Submissive Dominace yaitu kecenderungan untuk menguasai orang lain, dengan arah berlawanannya kecenderungan submissive, yaitu mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain.
Ketiga, Social Initiative-Social Passivity social initiative yaitu kecenderungan untuk memimpin orang lain, dengan arah yang berlawanannya social passivity yaitu kecenderungan pasif dan tak acuh.
Keempat, Independent-Depence Independent yaitu untuk bebas dari pengaruh orang lain, dengan arah berlawanannya dependence yaitu kecenderungan untuk bergantung pada orang lain
Dengan demikian, perilaku sosial individu dilihat dari kecenderungan peranan (role disposition) dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut : (1) yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial; (2) memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya; (3) mampu memimpin teman-teman dalam kelompok; dan (4) tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bergaul. Sebaliknya, perilaku sosial individu dikatakan kurang atau tidak memadai manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut : (1) kurang mampu bergaul secara sosial; (2) mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain; (3) pasif dalam mengelola kelompok; dan (4) tergantung kepada orang lain bila akan melakukan suatu tindakan. Kecenderungan-kecenderungan tersebut merupakan hasil dan pengaruh dari faktor konstitutsional, pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungan sosial tertentu dan pengalaman kegagalan dan keberhasilan berperilaku pada masa lampau.
Langganan:
Postingan (Atom)