MOTO

Ada Pepatah bahwa Kalau kita ingin selalu ingat maka kita harus selalu melihat dan mendengar, tetapi untuk melihat dan mendengar tidaklah gampang kecuali orang-orang yang mengetahui tip untuk melihat dan mendengar. Oleh karena menjadi pribadi yang baik manakala baik dalam melihat mendengar melihat dan mendengar hanya sepotong-sepotong akan membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Sabtu, 24 April 2010

Manajemen

MANAJEMEN SEKOLAH :
Pengertian, Fungsi dan Bidang Pendidikan
By Jumadi
A.Pengertian Manajemen Sekolah
Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama.
“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.
Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa :
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
B.Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) actuating (pelaksanaan); dan
(4) controlling (pengawasan).
Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) commanding (pengaturan);
(4) coordinating (pengkoordinasian); dan
(5) controlling (pengawasan).
Sementara itu, Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan); dan
(5) controlling (pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan);
(5) coordinating (pengkoordinasian);
(6) reporting (pelaporan); dan
(7) budgeting (penganggaran).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi : (1) perencanaan (planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating) dan (4) pengawasan (controlling).
1.Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses by which manager set objective, asses the future, and develop course of action designed to accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa :
“ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
(a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan;
(b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;
(c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
(d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
(e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;
(f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi;
(g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
(h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
(i) menghemat waktu, usaha dan dana.
Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :
a.Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(1) menggunakan kata-kata yang sederhana,
(2) mempunyai sifat fleksibel,
(3) mempunyai sifat stabilitas,
(4) ada dalam perimbangan sumber daya, dan
(5) meliputi semua tindakan yang diperlukan.
b.Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
c.Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu :
(a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
(b) merumuskan keadaan saat ini;
(c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
(d) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya.
Pada bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
a.Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.
b.Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang.
c.Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan.
Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.
2.Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa :
“Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian : “… as the act of planning and implementing organization structure. It is the process of arranging people and physical resources to carry out plans and acommplishment organizational obtective”.
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
3.Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
4.Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process by which manager determine wether actual operation are consistent with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa :
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu : (a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan koreksi, bila perlu.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
C.Bidang Kegiatan Pendidikan
Berbicara tentang kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa pandangan dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya ke dalam tiga bidang garapan yaitu :
(1)Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
(2)Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
(3)Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.
Hal serupa dikemukakan pula oleh M. Rifa’i (1980) bahwa bidang-bidang administrasi pendidikan terdiri dari :
(1)Bidang kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut kurikulum, metode dan cara mengajar, evaluasi dan sebagainya.
(2)Bidang personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar, yang mengajar, dan personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
(3)Bidang alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk melancarkan siatuasi belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan pendidikan sebaik-baiknya.
Sementara itu, Thomas J. Sergiovani sebagimana dikutip oleh Uhar Suharsaputra (2002) mengemukakan delapan bidang administrasi pendidikan, mencakup : (1) instruction and curriculum development; (2) pupil personnel; (3) community school leadership; (4) staff personnel; (5) school plant; (6) school trasportation; (7) organization and structure dan (8) School finance and business management.
Di lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) telah menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan, meliputi: (1) manajemen kurikulum; (2) manajemen personalia; (3) manajemen kesiswaan; (4) manajemen keuangan; (5) manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah.
Dari beberapa pendapat di atas, agaknya yang perlu digarisbawahi yaitu mengenai bidang administrasi pendidikan yang dikemukakan oleh Thomas J. Sergiovani. Dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, pandangan Thomas J. Sergiovani kiranya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, terutama dalam bidang school transportation dan business management. Dengan alasan tertentu, kebijakan umum pendidikan nasional belum dapat menjangkau ke arah sana. Kendati demikian, dalam kerangka peningkatkan mutu pendidikan, ke depannya pemikiran ini sangat menarik untuk diterapkan menjadi kebijakan pendidikan di Indonesia.
Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup :
(1)Manajemen kurikulum;
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap : (a) perencanaan; (b) pengorganisasian dan koordinasi; (c) pelaksanaan; dan (d) pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum, sebagaimana tampak dalam gambar berikut ini :
Siklus Manajemen Kurilum
Tahap perencanaan meliputi langkah-langkah sebagai : (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3) menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
Tahap pengembangan meliputi langkah-langkah : (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil belajar.
Tahap implementasi atau pelaksanaan meliputi langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran
Tahap penilaian terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif)
(2)Manajemen Kesiswaan
Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu : (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.
(3)Manajemen personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu : (a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.
Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.
(4)Manajemen keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.
Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
(5)Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah.
Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.
Daftar Pustaka:
T. Hani Handoko. 1995. Manajemen Yogyakarta: BPFE.

Jumat, 23 April 2010

Mengenal orang dari tulisan tangannya

Mengenal Seseorang Dari Tulisan Tangannya
Tulisan memegang peran penting dalam sejarah peradaban umat manusia. Tulisan tangan manusialah yang membedakan zaman sejarah dan prasejarah. Tulisan membuat manusia bisa berkomunikasi jarak jauh tanpa harus meninggalkan tempatnya, melalui surat atau sms. Tulisan juga membuat kita mengetahui adat kebiasaan suatu bangsa yang telah lalu. Pendidikan zaman sejarah juga tak lepas dari bagaimana cara menulis dan membaca. Tulisan sudah merupakan bagian dari kehidupan manusia zaman sejarah.
Walaupun suatu masyarakat memiliki standar tulisan tersendiri yang diajarkan disekolah-sekolah, tulisan tangan setiap orang amatlah beragam. Sudah sejak lama tulisan tangan menjadi bahan penelitian para ahli. Para filsuf zaman Romawi, sampai sastrawan legendaris Shakespeare percaya bahwa tulisan mencerminkan kepribadian sang penulisnya. Bukan hanya karena isi tulisan tersebut menggambarkan isi kepala seorang penulis, tetapi bentuk tulisan seseorang juga bisa menggambarkan kepribadian seseorang.
Setiap orang, disadarai atau tidak, memiliki kekhasan pola tulisan tangan. Kebiasaan menulis sudah menjadi bagian hidup seseorang sejak kecil, hampir seluruh aktifitas belajar di sekolah adalah menulis. Sehingga tanpa disadari tulisan yang fondasinya diajarkan sejak kecil merefleksikan kepribadian orang tersebut.
Grafologi adalah bidang studi yang mempelajari tulisan tangan berkaitan dengan kepribadian seseorang. Grafologi mulai berkembang pada awal abad ke-17, ketika para ilmuwan mulai mengumpulkan data dan fakta ilmiah tentang tulisan. Bahan awal inilah yang kemudian dikembangkan menjadi teori-teori ilmiah.Kata grafologi (Graphology) diperkenalkan oleh ilmuwan perancis Michon pada tahun 1875. Dalam bahasa Yunani Grapho berarti ’saya menulis’, sedangkan Logos berarti teori.
Sekarang grafologi telah digunakan secara luas, terutama di dunia barat. Para praktisi pendidikan, perekrut karyawan, human reource, sampai psikolog kriminal telah banyak mengaplikasikan ilmu ini. Grafologi adalah suatu bidang kajian yang sangat kompleks dan dinamis, tetapi pada dasarnya siapapun bisa mempelajarinya. Hal ini disebabkan karena grafologi mudah dipelajari dan bisa langsung dipraktekkan. Siapapun bisa menggunakan panduan sederhana grafologi bisa membantu untuk menganalisis kepribadian seseorang, atau diri kita sendiri. Bagi anda yang suka mengamati orang lain hal berikut mungkin berguna untuk anda.
Contoh dasar analisa Grafologi Hal yang pertama yang harus diperhatikan dalam menganalisa tulisan adalah apakah tulisan tersebut valid untuk dievaluasi atau tidak. Perlu dipastikan tidak ada faktor luar yang mempengaruhi tulisan, seperti alas untuk menulis yang tidak rata, posisi canggung ketika menulis, atau menulis dalam kendaraan yang sedang berjalan.
Berikut akan dipaparkan beberapa faktor yang bisa dijadikan sebagai bahan analisa. Harus kita pahami bahwa setiap faktor tidak berdiri sendiri melainkan merupakan bagian-bagian yang harus disatukan untuk mendapatkan hasil analisa kepribadian yang utuh.
Faktor pertama adalah ukuran besar kecilnya huruf (size). Ukuran huruf erat kaitannya dengan besar kertas yang diberikan. Para ahli mengatakan bahwa semakin kecil tulisan seseorang menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang bekerja dengan detail, dan merupakan orang-orang yang terbiasa dengan hal teknis. Orang yang tulisannya besar mencirikan seseorang yang tidak suka detail, menyukai gambaran besar dari sesuatu.
Faktor kedua adalah kemiringan huruf (slope). Perhatikan apakah kemiringan huruf konsisten. Cobalah uji dengan menarik garis lurus dia antara tulisan. Jika konsisten kita bisa simpulkan bahwa tulisan yang miring ke belakang biasanya adalah orang orang yang introvert, sedangkan tulisan yang miring ke depan disukai oleh orang-orang ekstrovert. Derajat kemiringan mencerminkan tingkat ekstroversi atau introversi. Sedangkan konsistensi kemiringan masing-masing huruf menggambarkan tingkat konsistensi emosi.
Faktor lainnya adalah kemiringan barisan tulisan (line slope). Orang yang memiliki tulisan cenderung ’naik’ dari kiri ke kanan menunujukkan orang yang optimis dan gembira, saking optimisnya setiap huruf yang baru ditulis lebih tinggi dari huruf sebelumnya. Sebaliknya orang yang tulisannya semakin ke kanan semakin turun adalah orang yang mengalami kelelahan fisik atau mental.

Sabtu, 10 April 2010

Rahasia Kepemimpinan

Rahasia Kepemimpinan
Organisasi apapun, kepemimpinan memegang peran yang penting. Bahkan segala sesuatu akan bangkit dan jatuh karena kepemimpinan. Salah satu konsep kepemimpinan yang ditawarkan oleh praktisi manajemen di Amerika adalah konsep SERVE yang dalam bahasa Indonesia berarti Melayani. Konsep utamanya ialah bahwa, apapun jabatan atau kedudukan formalnya, orang-orang yang ingin menjadi pemimpin besar harus mempunyai sikap melayani orang lain. Melalui buku “The Secret – Rahasia Kepemimpinan” oleh Ken Blanchard dan Mark Miller, konsep SERVE dijelaskan secara singkat tapi lugas. Berikut cuplikan buku tersebut yang secara kebetulan buku tersebut adalah kado ulang tahun dari staf saya, Dini Wulansari.

SERVE sendiri merupakan singkatan dari lima kata kunci yaitu:
S- See the Future (Melihat Masa Depan)
E- Engage and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain)
R- Reinvent Continuously (Temukan Kembali Terus Menerus)
V- Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan)
E- Embody The Values (Mewujudkan Nilai)

Huruf pertama S- See the Future mempunyai makna bahwa para pemimpin harus bersedia dan sanggup membantu orang-orang yang mereka melihat tujuannya, dan juga keuntungan-keuntungan melangkah kearah sana. Setiap orang perlu melihat dirinya, kemana mereka pergi, dan apa yang akan menuntun perjalanan mereka.

Huruf kedua E dalam SERVE menjelaskan bahwa Engange and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain) ada dua hal yaitu pertama, merekrut atau memilih orang yang tepat untuk tugas yang tepat. Itu berarti mempunyai pemain-pemain yang tepat dalam suatu tim. Kedua, lakukan apapun yang diperlukan untuk melibatkan hati dan kepala orang-orang tersebut. Dalam sejarah, banyak pemimpin telah menggunakan tangan dan yang lain tidak sama sekali. Barangkali dari sanalah istilah hired hands (orang upahan) berasal.

Kemudian ada huruf R singkatan dari Reinvent Continuously. Disinilah nilai kreativitas pemimpin dilihat. Pemimpin harus bersedia menemukan kembali setidaknya ada tiga tahap. Tahap pertama, bersifat pribadi. Beberapa pertanyaan utama yang harus diajukan adalah “Bagaimana saya belajar dan tumbuh sebagai seorang pemimpin?” “Apa yang saya lakukan untuk mendorong orang-orang dalam kelompok saya agar terus menerus belajar dan menemukan kembali diri sendiri?”. Tingkat penemuan kembali yang kedua adalah sistem dan proses. Pertanyaan untuk diri sendiri dan anak buah kita adalah “Bagaimana kita melakukan pekerjaan tersebut?” Bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik? Perubahan apa saja yang akan meningkatkan kemampuan kita untuk melayani pelanggan dan juga satu sama lain? Akhirnya yang ketiga, melibatkan struktur organisasi iu sendiri. Pertanyaan yang baik yang diajukan disini adalah,”Perubahan struktur mana saja yang perlu kita tempuh untuk menjadi lebih efisien dan efektif?”

Huruf V adalah singkatan dari Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan) Kita harus menghargai pelanggan kita lebih dahulu, dan nilai itu akan menuntun perilaku kita dan menjamin keberhasilan kita terus menerus. Apa yang tidak dimengerti kebanyakan orang ialah bahwa mereka dapat meraup hasil keuangan yang lebih tinggi kalau mereka mempunyai hubungan yang baik. Kita harus meningkatkan nilai hubungan dengan seorang mitra seperti halnya dengan hasil. Memimpin pada tingkat yang lebih tinggi mencakup hasil maupun hubungan.

Huruf E terakhir ialah Embody The Values (Mewujudkan Nilai) Ini adalah sesuatu yang mendasar dan berlangsung terus menerus. Kalau kita kehilangan kredibilitas sebagai pemimpin, potensi kepemimpinan kita akan sangat terbatas. Kita harus melakukan lebih daripada sekedar merumuskan nilai-nilai tersebut, kita tidak boleh hanya mengucapkannya, kita harus memperlihatkannya. Semua kepemimpinan sejati dibangun di atas kepercayaan. Salah satu adalah hidup konsisten dengan nilai-nilai yang kita akui. Kalau dikatakan bahwa pelanggan adalah penting, tindakan-tindakan kita seharusnya lebih mendukung pernyataan tersebut. Jika kita memilih untuk hidup seolah-olah pelanggan tidak penting, orang-orang akan mempunyai alasan untuk mempertanyakan kelayakan kita untuk dipercaya.

Akhirnya, bagi para pemimpin yang memimpin dengan tidak didasarkan pada kekuasaan atau jabatan sebaliknya, kepemimpinan yang lahir dari hati yang melayani, maka merekalah ilham bagi semua orang dan bagi calon pemimpin masa depan.

Sumber: Blanchard, Miller, The Secret – Rahasia Kepemimpinan, Elex Media Komputindo, Jakarta 2005.
KEGAGALAN PERAN LEMBAGA PENDIDIKANTERHADAP TERCIPTANYA KADER BANGSA YANG UNGGUL

A. Pendahuluan

Peningkatan kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan lembaga pendidikan sangat dirasakan perlu, termasuk untuk menggunakan prinsip-prinsip manajemen modern yang berorientasi pada mutu/kualitas. Bagi para pemilik dan pengelola lembaga pendidikan, sistem manajemen kualitas seharusnya bermuara pada perbaikan terus menerus untuk memperkuat dan mengambangkan segala aspek kualitas tersebut (kaizen).
Lembaga Pendidikan sebagai wadah untuk menggembleng mental calon pemimpin Bangsa memerlukan suatu metode pengelolaan yang berbeda dengan pengelolaan instansi non pendidikan, karena dalam lembaga pendidikan beranggotakan orang yang berilmu dan berpikir rasional, dengan harapan apa yang dilakukan adalah berdasarkan cara berpikir ilmiah rasional bukan berdasarkan emosional. Untuk menjadikan peran pendidikan ini lebih optimal maka seharusnya tanggung jawab tanggung jawab pendidikan tidak saja beban pemerintah namun oleh seluruh lapisan masyarakat. Masalah penting yang harus diperhatikan adalah bagaiman manajemen lembaga pendidikan diatur dalam suatu system yang membuat kegiatan efisien dan efektif sehingga visi misi dan tujuan dari pada keberadaan suatu lembaga pendidikan itu dapat tercapai.
Untuk menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan Peraturan-peraturan mempunyai tata kerja membentuk suatu sistem yang harus ditaati dengan desiplin dan dedikasi semua pihak. Adanya sistim yang baik maka setidaknya ada jaminan penuh bahwa pencapaian Visi, misi dan tujuan akan melaju kearah yang sudah ditentukan kalaupun nantinya pergantian kepemimpinan ditengah perjalanan. Prasarana dan sarana akademik harus diciptakan sebagai landasan berpijak, disamping landasan mutu lembaga pendidikan ini terutama sangat ditentukan oleh peran tenaga-tenaga pendidik yang berkualitas dan berbobot.
B. Kegagalan Proses Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan suatu lembaga yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberi sumbangan terhadap pembangunan ternyata ternyata hasilnya kurang menggebirakan hal ini terbukti dengan adanya keterpurukan bangsa ini yang mulai kelihatan sejak adanya krisis moneter yang pada akhirnya menjadi krisis kepercayaan. Keadaan demikian ini sebenarnya merupakan bukti adanya proses pendidikan yang kurang beres sehingga melahirkan pemimpin bangsa yang dapat menterpurukkan bangsanya sendiri. Pemimpin bangsa yang membuat negara ini terpuruk di karenakan rasa nasionalimenya kurang, kurangnya rasa nasionalisme merupakan akibat dari kesalahan dalam menanamkan rasa nasionalisme tersebut. Oleh karena itu kesalahan dalam menanamkan rasa nasionalisme tersebut sebagai salah satu kesalahan atau kegagalan dalam proses pendidikan. Kegagalan dalam proses pendidikan tersebut berdampak terhadap mental bagi perserta didik (calon pemimpin bangsa). Contoh konkrit kesalahan dalam penanaman rasa nasionalisme adalah :
Pertama, pada pelaksanaan upacara bendera setiap hari senin. Subtansi diadakannya upacara bendera adalah untuk menanamkan rasa nasionalisme yang pada intinya adalah penghormatan terhadap bendera merah putih dengan diiringi oleh lagu kebangsaan Indonesia Raya. Namun kenyataan di lapangan untuk mencapai inti dari acara tersebut (penghormatan bendera Merah Putih) di lalui dengan proses yang sangat panjang sehingga ketika acara inti tiba peserta sudah dalam kondisi yang tidak prima yang berdampak terhadap tidak kidmatnya penghormatan terhadap Bendera merah putih. Bagai mana hal ini dapat menggerakkan hati takkala hal itu tidak secara iklas dan tulus dalam melakukannya. Oleh karena itu seharusnya di rubah mentode penanaman rasa nasionalisme jikalau bangsa ini ingin menjadi bangsa yang mempunyai rasa nasional yang tinggi. Oleh karena itu penulis menawarkan solusi agar penanaman rasa nasional dapat berjalan dengan efektif seyogyanya mentodenya dirubah dengan metode yang tidak memberatkan bagi peserta upacara . Upacara dapat dilakukan secara simple kalau perlu metode tersebut dapat menyentuh hati nurani para peserta upacara, sehingga rasa nasionalisme akan tertanam secara permanan di hati peserta didik.
Kedua, Kesalahan dalam menanankan slogan bagi peserta didik oleh pendidiknya sejak SMP sampai dengan SMA atau bahkan sejak SD peserta didik selalu di beri slogan oleh sebagian pengajar yang berbunyi TIME IS MONEY, sebenarnya slogan ini adalah slogan yang menyesatkan bagi peserta didik logika dalam slogan ini adalah waktu adalah uang sehingga sehingga slogan ini menjadi slogan yang sangat instan yang berdampak terhadap prilaku jalan pintas (short cut). Seharusnya slogan tersebut dirubah menjadi TIME IS KNOWLEDGE, KNOWLEDGE IS POWER, DAN POWER IS MONEY, logika slogan tersebut adalah waktu adalah ilmu artinya waktu harus digunakan untuk belajar, baru kemudian ilmu adalah kekuatan artinya supaya menjadi orang atau bangsa yang kuat maka harus berilmu, sehingga dengan kekuatan ilmu tersebut maka akan mendatangkan uang. Hal ini kalau saya simpulkan maka untuk mendapatkan uanga maka kita harus menjadi kuat, untuk menjadi kuat kita harus berilmu dan untuk berilmu kita harus belajar dan belajar itu membutuhkan Waktu. Oleh karena itu jangan heran ketika bangsa ini menjadi bangsa yang lemah karena bangsa ini kurang memanfaatkan waktu untuk mencari ilmu.
Ketiga, tidak adanya system pendidikan yang berkelanjutan, hal ini dapat dilihat dari seringnya ganti kurikulum yang tanpa adanya evaluasi terhadap kurikulum sebelumnya, sehingga setelah diberlakukan kurikulum baru tersebut tidak diketahui keburukan dan kebaikan dari kurikulum lama yang ditinggalkan. Kurikulum baru berjalan menggelinding begitu saja tanpa melihat kebaikan kurikulum lama. Hal ini di perparah oleh bergantinya mentri maka ganti pula kebijakannya tanpa adanya kesinambungan kebijakan yang pada akhirnya setiap periode hanya sebagai periode penjajagan atau ujicoba saja. Mestinya system pendidikan harus menerapkan system yang berkelanjutan kalau perlu dengan system learning organizatin change education yang disesuaikan dengan lingkungan yang ada.

C. Trilogi Kepemimpinan
Lembaga pendidikan sebagai salah satu pencipta kader pemimpin maka lembaga pendidkan merupakan kunci utama keberhasilan suatu generasi. Ketidak berhasilan kepemimpinan dari generasi kegenerasi merupakan kegagalan dalam proses pendidikan yang ada, bahkan lebih dari itu bahwa gegagalan tersebut juga disebakan oeh sitem pendidikan yang dikembangkannya. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka lembaga pendidikan harus mengembangkan kualitas SDM termasuk Guru/Dosen sebagai sarana untuk melakukan proses transpormasi pendidikan.
Guru/Dosen bukan hamya sebagai seorang pendidik dan pengajar tetapi sekaligus sebagai seorang pemimpin harus mempunyai tiga unsur karakter kepemimpinan adapun ketiga karakter yang harus melekat pada seorang dosen/pendidik adalah:
1. Ingarso sungtulodho
2. Ing madyo mangun karso
3. Tutwuri handayani
Ketiga karakter tersebut sebenarnya sudah lama menjadi jargon dalam pendidikan yaitu sejak jaman Ki Hajar Dewantara namun Jargon itu hanya sekedar jargon saja tanpa adanya implementasi yang riil, oleh karena itu apabila bangsa ini ingin bangkit maka seharusnya trilogy yang dikembangkan oleh Bapak Pendidikan itu di implementasikan oleh semua lapisan masyarakat terutama kalangan masyarakat pendidikan. Trilogi kepemimpinan ini sebenarnya telah di adopsi oleh negara barat dengan konsep Total Quality Managemet (TQM).
Kesepadanan konsep Triloginya Kihajar Dewantara dengan TQM adalah sebagai berikut:
Trilogi Kihajar Dewantara Konsep TQM
Ingarso sungtulodho Leadership
Ing Madyo Mangun Karso Managership
Tut Wuri Handayani Entrepreneurship

Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa konsep kepemimpinan dalam dunia barat sepadan dengan konsep Trilogi yang di kembangkan oleh Kihajar Dewantara dan menurut decade perkembangannya bahwa bahwa Trilogi Yang dikembangkan oleh Kihajar Dewantara terbukti lebih dulu lahir ketimbang konsep Total Quality Manajemen yang dikembangkan oleh negara barat.

C.Peningkatan Mutu Pendidikan
Lembaga pendidikan sebagai seuah organisasi akan berjalan dengan baik jika di kelola dengan baik oleh karena itu perlu adanya system atau mekanismen dalam mengelola sehingga dapat menghasilkan out put yang berkualitas. Oleh karena itu system yang digunakan harus dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada
Sistem Operasi Lembaga Pendidikan
Dari bagan tersebut diatas terlihat bahwa lembaga pendidikan keberadaannya akan dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi, lingkungan social, lingkungan politik, lingkungan budaya dan tehnologi artinya untuk sebuah lembaga pendidikan dapat beroperasi dengan baik maka perlu dukungan yang kondosif oleh factor tersebut. Sedangkan untuk melihat seberapa jauh kualitas maka yang menjadi factor adalah:
1. Input, yang meliputi, murid, guru, Fasilitas
2. Proses, kegiatan belajar mengajar
3. Out put, lulusan
Menurut hemat saya bahwa keberhasilan pendidikan tidak berdasarkan pada fasilitas yang ada atau tenaga pengajar yang ada tetapi kualiatas pendidikan akan ditentukan oleh individu peserta didik itu sendiri. Oleh kareana itu keberhasilan pendidikan atau kualitas pendidikan akan berhasil ketika peserta didik sudah tidak memandang dimana dan siapa yang mendidik tetapi berpandangan tentang apa yang saya dapatkan dari proses ini. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan cara memotivasi peserta didik dan menyadarkan bahwa peserta didik hanya akan berhasil apabila ada motivasi dari dirinya sendiri bukan dari imbalan atau dari lingkungan. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut harus ada slogan perubahan yang berkesinambungan mengarah kebaikan dengan semangat dan kesadaran pribadi.

D. Penutup

Dari Uraian tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. Sebagai usaha yang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualiatas pendidikan maka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan seharusnya melakukan pemerataan dan kesempatan, pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan dan efisiensi pendidikan. Khusus untuk perguruan tinggi akan lebih diutamakan membahas mengenai relevansi pendidikan dengan pembangunan yang dalam langkah pelaksanaannya dikenal dengan keterkaitan dan kesepadanan (link and match)serta membuat system pendidikan yang berkesinambungan dari generasi ke generasi sehingga tidak ketinggalan jejek
2. Lembaga perlu mendorong upaya peningkatan kualifikasi tenaga dosen dengan pendidikan lanjutan atau kursus dengan fasilitas yang memadai agar kualitas sumberdaya dapat ditingkatkan sehingga secara otomatis akan mendorong peningkatan mutu pendididkan di universitas.
3. Tuntutan terhadap mutu pendidikan yang terus ditingkatkan sebagai upaya untuk menciptakan output yang berkualitas dan siap terjun kepasar kerja serta untuk memenuhi standar mutu bukan standar pelayanan
4. Output yang dihasilkan harus berdasarkan suatu proses yang matang dan didukung oleh input yang baik pula.
5. Faktor eskternal dan internal yang mendukung proses penyelenggaraan dan sumber daya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan harus mendapat perhatian.
Tulisan Ini telah di muat dalam Jurnal Ilmiah Pupuloka Fisip UWMY 2005
DAFTAR PUSTAKA
Jumadi, 2001, Manajemen Operasi dan Produksi, Bahan kuliah tidak di terbitkan
Slamet Wakid Ciptono, 2000, Manajemen Operasi Bahan, Kuliah Tidak diterbitkan
Zulian Yamit, 1996, Manajemen Operasi dan Produksi ,Ekonesia: UII Yogyakarta

Mempengaruhi orang dengan kharisma

Mempengaruhi orang dengan kharisma
Mempengaruhi Orang Lain Dengan Kharisma
Mungkin anda pernah berjumpa dengan seseorang yang luar biasa pengaruhnya terhadap orang di sekelilingnya? Ketika dia berbicara, semua orang mendengarkannya. Ketika ia bertindak semua orang mengikutinya. Jika ada pemilihan ketua atau penunjukan pemimpin dalam sebuah organisasi, bisa dipastikan orang tersebut akan mengantongi mayoritas suara, dan akhirnya terpilih menjadi pemimpin.
Orang tersebut sering kita definisikan sebagai orang yang kharismatik. Menurut kamus Oxford, charisma berarti kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang untuk menginspirasi dan menarik orang lain. Ia juga merupakan anugerah luar biasa bagi seseorang, sehingga dengan sendirinya orang merasa ada sesuatu yang luar biasa pada diri orang ini.
Tapi, percayakah Anda bahwa semua hal di dunia ini bisa dipelajari, termasuk bagaimana menjadi orang yang karismatik?
Ok, mungkin tidak mudah, tapi saya yakin kita semua bisa menjadi apapun yang kita mau. Menjadi seorang yang karismatik dimulai dari mengubah pola pikir, lalu diikuti dengan mengubah kebiasaan. Masih ingat perkataan Stephen Covey bahwa pada awalnya kita membentuk kebiasaan, tapi lama kelamaan kebiasaanlah yang akan membentuk kita.
Sekarang mari kita pelajari apa saja ciri-ciri orang yang karismatik. Memang ada sebagaian ciri-ciri ini tidak begitu menonjol pada sebagian orang karismatik, tetapi hampir semua ciri tersebut mereka miliki.