Mengenali Diri Anda Dari Panjang Jari Tangan
Palmistri, atau ilmu membaca tangan, adalah salah satu ilmu semu (pseudoscience) yang masih cukup bertahan hingga abad modern ini. Asumsi dasarnya adalah adanya garis-garis tertentu di telapak tangan anda yang menggambarkan kepribadian anda dalam bidang-bidang tertentu. Sebagai contoh, garis yang dimulai dari bawah tengah telapak tangan dan kemudian berbelok ke sela antara jempol dan telunjuk (disebut life line) diyakini menggambarkan vitalitas, kekuatan, dan kesehatan si empunya tangan. Tidak hanya itu, palmistri juga mengasumsikan guratan-guratan itu dapat menandakan seperti apa masa depan anda. Garis yang disebutkan di atas tadi, misalnya, dipercaya dapat meramalkan perubahan-perubahan penting dalam hidup, seperti bencana atau kecelakaan.
Tentu pola pikir semacam ini tidak mendapat tempat dalam ilmu pengetahuan yang sesungguhnya. Namun, ilmu pengetahuan mengakui kalau dirinya tak sempurna; ia tetap terbuka pada pada perkembangan dan kemajuan baru selama telah melewati kaidah keilmuan yang benar. Termasuk soal palmistri ini: beberapa penelitian ilmiah telah menemukan bahwa memang ada hubungan antara tangan –jari tangan untuk lebih spesifiknya– dengan berbagai karakteristik pikiran dan kepribadian kita.
Dari Nilai Tes, Daya Tarik, Hingga Kecenderungan Homoseksual
Baru-baru ini, Yahoo!News (via LiveScience.com) mengutip temuan Mark Brosnan dari University of Bath, yang melihat hubungan antara perbedaan panjang jari telunjuk dan jari manis pada anak-anak sekolah dengan nilai SAT (Scholastic Assessment Test) mereka, sebuah tes kemampuan akademik yang umum digunakan di Inggris. Brosnan menemukan bahwa anak-anak yang memiliki jari manis yang lebih panjang dibandingkan jari telunjuk memiliki nilai matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bahasanya (menulis dan pemahaman bacaan). Sebaliknya, anak-anak dengan jari telunjuk yang lebih panjang pun nilai bahasanya lebih tinggi dibandingkan nilai matematikanya.
Ada lagi beberapa penelitian mengenai hal ini yang terkait dengan karakteristik laki-laki. LiveScience.com pada tahun 2005 melaporkan temuan University of Alberta mengenai perbedaan panjang jari manis versus telunjuk pada laki-laki yang terkait dengan agresivitas. Menurut Peter Hurd, penelitinya, semakin lebih panjang jari manis dibandingkan dengan telunjuk, semakin besar pula tingkat agresivitas yang dimiliki laki-laki yang menjadi subyek penelitian. Pada tahun yang sama, Hurd bersama rekannya Allison Bailey juga menemukan bahwa laki-laki yang perbedaan panjang jari telunjuk-manisnya kecil atau hampir tidak ada, lebih rentan terkena depresi. Tahun 2004, Roney dan Maestripieri meneliti mengenai perbedaan panjang jari ini pada laki-laki dan pengaruhnya pada interaksi sosial dengan perempuan. Hasilnya, laki-laki yang dinilai lebih menarik secara fisik dan dilihat lebih agresif melakukan PDKT (courtship behaviors) oleh perempuan ternyata cenderung memiliki perbedaan panjang jari telunjuk-manis yang lebih besar.
Terakhir, John T. Manning pada tahun 2002 menulis mengenai perbedaan ini dalam bukunya, Digit Ratio: A Pointer to Fertility and Human Health. Laki-laki yang perbedaan panjang jarinya besar cenderung lebih subur, lebih lama masa reproduktifnya, lebih agresif dan asertif, memiliki kemampuan musik dan olahraga yang lebih tinggi, namun juga lebih tinggi kecenderungannya memiliki orientasi homoseksual atau biseksual. Bagaimana dengan laki-laki yang perbedaan panjang jarinya kecil atau tidak ada? Jangan kuatir, anda hanya lebih rentan terkena penyakit jantung di masa muda. Hasil yang berlawanan ditemukan pada perempuan. Perempuan yang perbedaan panjang jarinya besar cenderung memiliki orientasi homoseksual atau biseksual serta lebih agresif dan asertif, sementara yang perbedaan panjang jarinya kecil atau tidak ada cenderung lebih subur, lebih lama masa reproduktifnya, namun berisiko lebih tinggi mengidap kanker payudara.
Sumber Biologis dan Signifikansinya
Kalau anda sekarang tidak bertanya-tanya mengenai apa hubungannya panjang jari tangan dengan semua ini, anda pasti sedang mencari-cari cara untuk memanjangkan atau memendekkan salah satu jari anda. Untuk itu, ada kabar buruk dan kabar baik buat anda. Kabar buruknya, perbedaan ini ditentukan ketika anda masih merupakan seonggok janin di trimester pertama kehidupan anda di dalam rahim, sehingga tidak ada satu halpun yang bisa anda lakukan untuk mengubahnya. Rupanya, hal ini terkait dengan paparan hormon-hormon seksual, yaitu androgen dan testosteron, pada janin. Hormon testosteron (yang dominan dimiliki laki-laki), ternyata, kemudian mempengaruhi perkembangan panjang jari manis, sementara hormon androgen (yang dominan dimiliki perempuan) mempengaruhi perkembangan panjang telunjuk.
Lalu apa kabar baiknya? Meskipun terdapat keterkaitan, namun secara statistik kaitan antara perbedaan panjang jari dengan hal-hal di atas tidak terlalu besar. Dari penelitian yang dilakukan Hurd (2005), misalnya, diketahui bahwa perbedaan panjang jari hanya menyumbang 5% terhadap agresivitas, sementara 95%-nya ditentukan faktor-faktor lain (di sisi lain juga harus dicatat, sumbangan 5% dari hal sesepele panjang jari tangan bisa dikatakan cukup lumayan juga). Selain itu, ternyata faktor ras kemungkinan juga mempengaruhi panjang jari tangan, sehingga penelitian-penelitian yang dilakukan di atas belum tentu menghasilkan temuan yang sama jika digunakan orang-orang Asia sebagai sampelnya. Karena itu, untuk saat ini sepertinya lebih baik jika anda belajar lebih tekun atau mengasah kemampuan komunikasi anda jika ingin sukses dalam ujian atau mencari pacar.
Sumber:
1.Entri Wikipedia Mengenai Palmistri
2.Entri Wikipedia Mengenai Digit Ratio
3.Yahoo! News – Finger Length Predicts SAT Performance
4.LiveScience.com – Finger Length Predicts SAT Performance
5.LiveScience.com – Finger Length Predicts Agression in Men
6.Bailey, A. A., & Hurd, P. L. (2005). Depression in men is associated with more feminine finger length ratios. Personality and Individual Differences (39), 829-836.
7.Roney, J. R., & Maestripieri, D. (2004). Relative digit lengths predicts men’s behavior and attractiveness during social interactions with women. Human Nature (15)3, 271-282.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar